Saya tidak bisa menjadi anda dan anda pun tidak bisa menjadi saya.
Banyak orang di dunia ini mengalami perselisihan , pertengkaran dan perpisahan karena tidak bisa memahami dan merasa tidak dipahami. Lantas siapa yang harus di salahkan dari dua orang yang bertengkar karena merasa sama-sama tidak dipahami??
Ada yang perlu kita tahu sebelum menjudge siapa yang salah, pada dasarnya setiap orang itu berbeda, sekalipun dia kembar identik, isi kepalanya tidak sama. Apalagi bila kita mengamati dua orang yang berbeda pola asuh, pendidikan, pengalaman hidup dan belajar maka akan semakin terasa perbedaan itu. Lalu dalam hal bersosialisasi tentu setiap orang punya pandangan sendiri terhadap suatu masalah, dalam tataran kelompok fanatik paling ekstrem pun pasti setiap orang yang tergabung memiliki kepribadian dan sudut pandang berbeda. Oleh karena itu, mengapa ada yang mau jadi pemimpin mengapa ada yang mau jadi anggota, mengapa ada yang mau memimpin dan mau menjadi yang dipimpin itu karena ‘perbedaan’. Kalau semua orang bersikeras ingin menjadi pemimpin lantas siapa yang akan dia pimpin?
Oleh karena iu, sangat tidak bijak memaksakan orang lain untuk satu suara dengan kita. Ingat kunci berkomunikasi dan bersosialisasi dengan orang lain adalah memahami dan penghargaan. Memahami bukan berati kita setuju dengan setiap pendapatnya dan menghargai bukan berarti kita harus sama dengan dia. Memahami, memberikan ruang pada orang lain untuk mengembangkan dirinya karena apa yang ia refleksikan adalah cerminan bagaimana ia belajar dalam kehidupannya, jikalau memang apa yang ia pahami adalah sesuatu yang salah, yang harus kita lakukan adalah meluruskan dengan baik. Bukan mengajak adu otot. Jika yang kita tampilkan adalah perbuatan yang seolah tidak menerima dia maka kemungkinan dia akan menampilkan prilaku agresi, dia merasa bahwa dia tidak di butuhkan. Bayangkan jika kita yang ada di posisi dia, sungguh ironis kan?ketika kita mencoba melakukan hal yang baik tapi ditolak mentah-mentah?lalu apa yang kita harapkan dari orang lain ketika memang kita salah?tentu bimbingan bukan ditolak bahkan ditinggalkan.
Menghargai apapun yang orang lain lakukan adalah nilai plus+plus. Pernah kah anda di puji seseorang?apa yang anda rasakan?bahagia kan?dan bisa anda bayangkan seorang murid yang tidak pede lalu dia diminta kedepan untuk berpidato oleh gurunya, kemudian tanggapan yang diberikan gurunya adalah memuji, apakah sama apa yang dia rasaan ketika ia dicaci oleh gurunya??tentu tidak!!dengan pujian ia bisa saja menjadi murid yang percaya diri setelah itu, lalu jika diberi cacian tampaknya ia tidak akan lagi mau maju kedepan bahkan lebih mengasingkan dirinya karena malu. Begitu pun halnya kita dalam kehidupan social ketika ada orang lain yang telah berusaha untuk berbuat baik, maka tak ada salahnya kita menghargai usahanya. Tidak usah dengan mengadakan acara syukuran untuk memberi penghargaan, cukup berkata “terima kasih” itu sudah indah.
Perbedaan adalah bagian dari kehidupan. Apa jadinya jika semua orang di dunia ini memakai baju ungu setiap harinya??mungkin kita bisa jadi pobia terhadap warna ungu. Apa jadinya jika semua orang memiliki isi kepala yang sama, jika ada yang bertanya “kemana yah jalan ke kantor polisi?” mungkin jawabannya seperti ini, “saya pun tidak tahu”. Ibaratnya juga untuk sebuah sudut pandang, tentu kita terkadang memerlukan orang dengan sudut pandang yang berbeda untuk mengatasi permasalahan dalam hidup kita.
Saya tidak bisa menjadi anda, dan saya tidak yakin anda masih mencintai saya jika saya adalah orang seperti anda. Jika memang ada yang perlu diluruskan “mari bicara”. Perbedaan adalah sunatullah dan ada dalam genggaman Allah. Sungguh banyak hikmah dari perbedaan, mulai memahami dengan perasaan terbuka, bukan konservatif possessive primitive,….^^
1 komentar:
set5ip orang memang memiliki karakter yang berbeda-beda,,meskipun begitu seharusnya kita saling menghargai perbedaan tersebut...
ST3Telkom
Posting Komentar