home

Sabtu, 13 November 2010

Mencari Tepi Langit

Mencari Tepi Langit

Karena Satu dari setiap luka
Membawamu bertemu cinta

Penulis : Fauzan Mukrim
Penerbit : GagasMedia

Novel yang Luar Biasa…hehehe…suka banged, dilihat sekilas tampaknya ni novel bakal melankolis banget apalagi baca epilognya semakin yakin deh. Eh ternyata setelah berkelana menjajaki kata tiap kata di buku yang tebalnya 280 halaman ini ternyata ini tentang pengalaman hidup yang lebih dari sekedar cerita dramatis. Bercerita tentang seorang gadis, horizon santi yang mencari kedua orangtua kandungnya, ia mengetahui bahwa ia bukan anak dari keluarga yang sekarang karena mendapat email pada usia 22 tahun dari sender bernama “Tepi Langit”. Kemudian ia meminta bantuan mencari orangtuanya kepada seorang reporter yang identitasnya ia tahu dari friendster, ia sengaja ‘memaksa’ reporter itu datang dengan menyatakan bahwa santi tahu keberadaan NMT(Nurdin Muhammad Top, teroris itu lho) yang sangat ingin ditemui reporter tersebut, namanya Senja Utama Senantiasa(heu…nama depannya sama). Tapi ternyata dia dibohongi. Selanjutnya mereka berdua malah mejadi sahabat, apalagi setelah santi keluar dari rumah keluarga yang mengurusnya dan menjadi pegawai di cleaning service pesawat. Mereka menjadi sering berbagi cerita.
Ternyata kenapa NMT sangat ingin ditemui reporter itu, alasannya karena berhubungan erat dengan adiknya, Tisong, yang hilang dan ‘merelakan’ diri untuk bergabung dengan tim NMT. Dalam novel ini melibatkan beberapa kejadian asli yang terjadi di Indonesia, seperti tsunami, pengeboman kedubes, dan tentang GAM. Pencarian yang dilakukan senja untuk mencari adiknya ternyata membawa ia menemukan jejak orangtuanya santi. Apalagi ketika ia bertemu dengan kunci penting pencariannya, Asraria Khudi,sahabatnya yang menjadi incaran polisi karena termasuk tersangka pengeboman dan Wiring Bittare,reporter yang bertemu dengan senja di Aceh saat ada tsunami 26 Desember 2004 yang ternyata arti dari namanya adala Tepi Langit. Akhir dari cerita ini sungguh menggemaskan karena pembaca dibawa pada kemandirian pikiran dan pendapat, digantung istilahnya.
Bahasa yang digunakannya ringan(meski awalnya memang terasa berat), indah dan berbobot. Dan banyak sekali hikmah yang bisa di dapat dari kehidupan seseorang di dunia ini. Menurut saya penulis juga tidak terlalu subjektif dalam penceritaannya terutama mengenai kritikan tentang pemerintah dan kerjaan wartawan. Bagus lah!!Novelnya membuat saya ingin beralih ke psikologi komunikasi, hehehe.....tapi mudah-mudahan bisa terwujud jadi konselor dan psikologi komunikasi. Dua-duanya sajalah, wkwkwkwk….

Tidak ada komentar: