home

Rabu, 19 Januari 2011

tentang Konseling


1.      Salah satu karakteristik konselor yang cenderung berpengaruh signifikan bagi kebelangsungan konseling dan kondisi psikologis konseli adalah ‘Ksesehatan psikologis yang baik’ dari konselor itu sendiri
a.      Berikan komentar dan argument anda yang mendasari pernyataan di atas!
Tentu saja, seorang konselor memerlukan kesehatan psikologis yang baik untuk bisa membantu konselinya. Jika tidak maka seharusnya konselor tersebut membantu diri sendiri terlebih dahulu. Bila dipaksakan kemungkinan justru akan menambah masalah untuk konselinya. Kesehatan psikologis yang baik dapat dimiliki konselor dengan melakukan sharing dengan orang-orang atau me-refresh diri sendiri.
b.      Karakteristik konselor yang memiliki kesehatan psikologis yang baik
Konselor yang memiliki kesehatan psikologis yang baik adalah yang menyadari kekurangan dan kelebihannya dan mencapai kehidupan dengan cara yang baik. Konselor dituntut untuk memiliki kesehatan psikologis yang baik, bahkan harus lebih baik dari kliennya. Karena konselor harus menghadapi klien yang keadaan psikologisnya sedang kacau, agar konselor dapat membantu memecahkan masalah klien dengan baik..Karakteristik dari konselor yang memiliki kesehatan psikologis yang baik adalah sebagai berikut :
a)Mau berempati          : dalam proses konseling, konselor tersebut mau merasakan dan memahami perasaan konseli. Konselor tidak membicarakan masalah dirinya sendiri dalam proses konseling
b)   Sadar diri                 : Konselor mengetahui segala kekurangan dan kelebihannya sehingga dalam proses konseling bukan merasa lebih pintar namun sedang ada dalam posisi bisa membantu
c)Humoris                     : tidak kaku dan mampu mencairkan suasana proses konseling
d)  Mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya
e)Mendapatkan pemenuhan kebutuhan rasa aman dan cinta
f) Tidak hanya berjuang untuk kehidupan, namun menciptakan kehidupan yang lebih baik



c.       Kendala-kendala dalam mempersiapkan konselor dengan karakteristik tersebut
Kendala-kendala yang dihadapi konselor dalam mempersiapkan karakteristik tersebut
a)Pemenuhan kebutuhan rasa aman dan cinta yang kurang dari lingkungan sekitarnya
b)   Tidak mau memahami diri sendiri dan orang lain
c)Pesimis dalam menghadapi masalah hidupnya
d)  Egois
e)Tidak mampu mengendalikan diri sendiri














2.      Pada dasarnya individu yang memerlukan bantuan untuk konseling, berkaitan erat dengan masalah pemenuhan kebutuhan.
a.      Jenis-jenis pemenuhan kebutuhan yang terkait dengan konseling

b.      Kecenderungan/hambatan yang dihadapi dalam setiap jenis pemenuhan kebutuhan
a)Memberi dan menerima kasih sayang : bersikap egois dan pernah mengalami penolakan dari keluarga dan lingkungan
b)   Kebebasan : takut akan pilihan hidup dan memiliki orang tua yang otoriter dan mengungkung pada kebebasan
c)Perasaan mencapai prestasi : merasa tidak bisa lebih baik dari orang lain dan tidak mendapat reward ketika dia berprestasi sehingga merasa tidak bisa melakukan hal-hal yang berguna dan bermanfaat
d)  Menerima Tantangan : tidak yakin akan kemampuan dirinya, tidak mau menerima suasana atau kondisi yang berbeda dan takut berbuat salah
e)Memiliki Kesenangan : di kucilkan, tidak bisa menghargai hal-hal kecil yang membahagiakan dalam hidupnya dan menganggap permasalahan hidupnya besar dan sulit
f) Memiliki Harapan : Tidak termotivasi, berani bermimpi, dan takut menerima kenyataan
g)   Memiliki Ketenangan : Kehidupan religious yang kurang, Merisaukan hal-hal yang belum di milikinya dan tidak bersyukur dengan keadaan sekarang
h)   Memiliki Tujuan Hidup secara Nyata : Tidak memahami dirinya sendiri dan takut menerima realitas hidup
c.       Upaya bantuan konselor dalam mencapai setiap jenis pemenuhan
a)Memberi dan menerima kasih sayang : sikap penerimaan, tulus, empati, mendukung dan terbuka
b)   Kebebasan : mengizinkan konseli berasosiasi bebas dan menentukan pilihannya dengan bimbingan konselor
c)Perasaan mencapai prestasi : memberikan rewards untuk usaha yang dilakukan oleh konseli
d)  Menerima Tantangan : membantu membangkitkan keoptimasan konseli, menunjukan sikap percaya pada koseli dan tidak menunjukan sikap overprotected
e)Memiliki Kesenangan : humor, mengajarkan untuk bersyukur atas hal-hal yang ditemui dalam hidupnya dan menyakinkan bahwa permasalahan hidup dapat diselesaikan dengan keoptimisan
f) Memiliki Harapan : membantu membangun kepercayaan diri, memberi motivasi dan bercerita tentang orang-orang yang sukses dalam menjalani hidupnya
g)   Memiliki Ketenangan : bersyukur untuk hal-hal yang di dapat dan menyakini bahwa setiap ujian yang diberikan Allah SWT pasti sesuai dengan kemampuan hamba-Nya
h)   Memiiliki Tujuan Hidup secara Nyata : memberikan dukungan, berdiskusi tentang kehidupan, kebermanfaatan hidup dan optimis

3.      Aspek-aspek yang berfungsi secara psikologis dan memiliki peranan penting dalam konseling adalah aspek kognisi, afeksi, dan motivasi
a.      Berikan penjelasan yang mendasari pentingnya aspek-aspek tersebut dalam konseling, baik dinjau secara konseptual (teori) maupun kontekstual

a)Kognisi secara konseptual adalah proses, pengenalan, dan penafsiran lingkungan oleh seseorang. Proses yang dilakukan adalah memperoleh pengetahuan dan memanipulasi pengetahuan melalui aktivitas mengingat, menganalisis, memahami, menilai, menalar, membayangkan dan berbahasa. Kapasitas atau kemampuan kognisi biasa diartikan sebagai kecerdasan atau inteligensi. Bidang ilmu yang mempelajari kognisi beragam, di antaranya adalah psikologi, filsafat, komunikasi, neurosains, serta kecerdasan buatan (Wikipedia) .Secara kontekstual kognisi adalah kegiatan memperoleh pengetahuan dengan memproses, mengenali, dan menafsirkan lingkungan berdasarkan pengalaman dan pemikirannya sendiri.
b)                        Motivasi secara konseptual adalah sebuah alasan atau dorongan seseorang untuk bertindak. Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya (Wikipedia). Secara kontekstual motivasi berarti usaha seorang manusia untuk mendorong diri sendiri maupun pihak luar untuk melakukan sesuatu berdasarkan tujuannya.

c)Afeksi merupakan pengalaman kuat dan menggelora. Karena itu
tidak sama dengan suasana hati atau nafsu yang relatif singkat,
tidak berkepanjangan seperti kemarahan, ketakutan.
Afeksi disertai gerakan-gerakan ekspresif, dan sentakan serta
reaksi-reaksi vokal (jeritan, teriakan). Sebaliknya, terkadang afeksi
diikuti mati rasa. afeksi terbagi atas 2 yaitu:
1.      Afeksi positif adalah sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan, menerima, mengakui, menyetujui, serta melaksanakan norma yang berlaku dimana individu  itu berada.
2.      Afeksi negatif adalah sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan, penolakan atau tidak menyetujui suatu objek dimana individu itu berada.
Afeksi secara kontekstual merupakan tingkah laku atau ekspresi yang dikeluarkan oleh individu untuk merespon sesuatu namun tidak berlangsung lama. Afeksi adalah suatu gambaran umum yang di dalamnya terdapat emosi, sikap, dan perilaku.
b.      Kemukakan beberapa dimensi penting dalam setiap aspek psikologis di atas, yang menurut anda sebagai calon konselor perlu segera dipahami dan dipersiapkan baik bagi orang lain sebagai konseli ataupun bagi diri sendiri sebagai bahan refleksi!
a)Kognisi->sebagai konselor perlu memiliki banyak pengetahuan sebagai bahan untuk referensi membantu orang lain. Konselor perlu memahami bahwa setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda dalam aspek kognisinya. Sebisa mungkin untuk konselor adalah mampu berpikir objektif dalam menghadapi konselinya. Ia tidak memaksakan pendapatnya sendiri karena memahami perbedaan dalam individu. Konselor perlu menghargai pandangan dari konseli. Penting pula untuk memiliki kemampuan menganalisis dan bernalar, konselor perlu memiliki aspek tersebut untuk membantu konselinya. Kemampuan kognisi pun sangat berpengaruh dalam komunikasi dan berbahasa. Saya merasa belum begitu optimal dalam memiliki kemampuan kognisi terlebih lagi dalam aspek menganalisis.
b)   Motivasi->Konselor perlu memiliki motivasi yang kuat untuk mau membantu konselinya. Ia tidak hanya termotivasi untuk hidup namun juga menjadikan kehidupannya lebih baik. Motivasi yang kuat bisa timbul karena keyakinan pada tujuannya pun kuat. Sebelum memotivasi, seorang konselor perlu mengetahui bagaimana cara memotivasi dirinya sendiri. Memang terkadang motivasi selalu turun namun tidak sampai membuat hidup saya menjadi kacau balau. Sebisa mungkin kita pun tidak tergantung pada motivasi eksternal namun lebih menekankan pada motivasi internal.
c)Afeksi->Konselor perlu memiliki ketegasan afeksi dalam menghadapi sesuatu. Ketegasan untuk menyukai atau tidak menyukai dan berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Dalam hal afeksi konselor dituntut untuk menampilkan hal dengan sewajarnya tidak berlebihan dan tidak juga kaku. Merespon hal yang ingin di katakana konseli dengan melibatkan gesture dan mimic wajah. Selain itu, bagaimana cara memperlakukan konseli dengan baik merupakan dimensi penting yang terkandung dalam afeksi ini.










4.      Konseling pada dasarnya melibatkan komunikasi antara konselor dengan konseli yang berlangsung secara dialogis
a.      Berikan penjelasan anda tentang pernyataan di atas
Konseling adalah proses relasi membantu konseli yang di dalamnya terjadi komunikasi. Komunikasi yang terjadi dalam proses konseling adalah komunikasi dua arah yang melibatkan dua pihak tersebut dan tidak di dominasi oleh salah satu pihak (berlangsung secara dialogis). Komunikasi terjadi secara verbal, nonverbal, dan dengan bahasa badan lainnya seperti nada suara, desah, tarikan nafas, tempo bicara, dan sebagainya.
b.      Hal penting yang perlu diperhatikan agar konseling dapat berlangsung secara efektif!
5 Hukum Komunikasi Yang Efektif (The 5 Inevitable Laws of Efffective Communication)

hukum # 1: Respect
Hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang kita sampaikan.
Rasa hormat dan saling menghargai merupakan hukum yang pertama dalam kita berkomunikasi dengan orang lain. Ingatlah bahwa pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting. Jika kita bahkan harus mengkritik atau memarahi seseorang, lakukan dengan penuh respek terhadap harga diri dan kebanggaaan seseorang. Jika kita membangun komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati, maka kita dapat membangun kerjasama yang menghasilkan sinergi yang akan meningkatkan efektifitas kinerja kita baik sebagai individu maupun secara keseluruhan sebagai sebuah tim.
Bahkan menurut mahaguru komunikasi Dale Carnegie dalam bukunya How to Win Friends and Influence People, rahasia terbesar yang merupakan salah satu prinsip dasar dalam berurusan dengan manusia adalah dengan memberikan penghargaan yang jujur dan tulus. Seorang ahli psikologi yang sangat terkenal William James juga mengatakan bahwa "Prinsip paling dalam pada sifat dasar manusia adalah kebutuhan untuk dihargai." Dia mengatakan ini sebagai suatu kebutuhan (bukan harapan ataupun keinginan yang bisa ditunda atau tidak harus dipenuhi), yang harus dipenuhi. Ini adalah suatu rasa lapar manusia yang tak terperikan dan tak tergoyahkan. Lebih jauh Carnegie mengatakan bahwa setiap individu yang dapat memuaskan kelaparan hati ini akan menggenggam orang dalam telapak tangannya.
Hukum # 2: Empathy

Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Secara khusus Covey menaruh kemampuan untuk mendengarkan sebagai salah satu dari 7  kebiasaan manusia yang sangat efektif, yaitu kebiasaan untuk mengerti terlebih dahulu, baru dimengerti (Seek First to Understand -understand then be understood to build the skills of empathetic listening that inspires openness and trust). Inilah yang disebutnya dengan Komunikasi Empatik. Dengan memahami dan mendengar orang lain terlebih dahulu, kita dapat membangun keterbukaan dan kepercayaan yang kita perlukan dalam membangun kerjasama atau sinergi dengan orang lain.
Rasa empati akan memampukan kita untuk dapat menyampaikan pesan (message) dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima pesan (receiver) menerimanya.
Jadi sebelum kita membangun komunikasi atau mengirimkan pesan, kita perlu mengerti dan memahami dengan empati calon penerima pesan kita. Sehingga nantinya pesan kita akan dapat tersampaikan tanpa ada halangan psikologis atau penolakan dari penerima.
Empati bisa juga berarti kemampuan untuk mendengar dan bersikap perseptif atau siap menerima masukan ataupun umpan balik apapun dengan sikap yang positif.
Hukum # 3: Audible

Makna dari audible antara lain: dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Jika empati berarti kita harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu menerima umpan balik dengan baik, maka audible berarti pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh penerima pesan. Hukum ini mengatakan bahwa pesan harus disampaikan melalui media atau delivery channel sedemikian hingga dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan. Hukum ini mengacu pada kemampuan kita untuk menggunakan berbagai media maupun perlengkapan atau alat bantu audio visual yang akan membantu kita agar pesan yang kita sampaikan dapat diterima dengan baik. Dalam komunikasi personal hal ini berarti bahwa pesan disampaikan dengan cara atau sikap yang dapat diterima oleh penerima pesan.

Hukum # 4: Clarity

Selain bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, maka hukum keempat yang terkait dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam berkomunikasi kita perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi atau disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima pesan atau anggota tim kita. Karena tanpa keterbukaan akan timbul sikap saling curiga dan pada gilirannya akan menurunkan semangat dan antusiasme kelompok atau tim kita.

Hukum # 5: Humble

Hukum kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah
hati yang kita miliki. intinya antara lain: sikap yang penuh melayani (dalam bahasa pemasaran Customer First Attitude), sikap menghargai, mau mendengar
dan menerima kritik, tidak sombong dan memandang rendah orang lain, berani mengakui kesalahan, rela memaafkan, lemah lembut dan penuh pengendalian diri, serta mengutamakan kepentingan yang lebih besar.
Jika komunikasi yang kita bangun didasarkan pada lima hukum pokok komunikasi yang efektif ini, maka kita dapat menjadi seorang komunikator yang handal dan pada gilirannya dapat membangun jaringan hubungan dengan orang lain yang penuh dengan penghargaan (respect), karena inilah yang dapat membangun hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan dan saling menguatkan. (http://anik-gurung.tripod.com/id29.html)


c.       Faktor-faktor yang cenderung mempengaruhi ketidakefetian berkomunikasi anatara konselor dan konseli saat proses konseling berlangsung
Komunikasi sering mengalami gangguan sehingga proses komunikasi tidak seperti yang diharapkan. Banyak hal yang dapat mempengaruhi komunikasi diantaranya :
  1. Latar belakang budaya.
  2. Ikatan kelompok atau group.
  3. Harapan.
  4. Pendidikan.
  5. Situasi.
Interpretasi suatu pesan akan terbentuk dari pola pikir seseorang melalui kebiasaannya, sehingga semakin sama latar belakang budaya antara komunikator dengan komunikan maka komunikasi semakin efektif.
Ikatan Kelompok atau Group
Nilai-nilai yang dianut oleh suatu kelompok sangat mempengaruhi cara mengamati pesan.
Harapan mempengaruhi penerimaan pesan sehingga dapat menerima pesan sesuai dengan yang diharapkan.
Semakin tinggi pendidikan akan semakin kompleks sudut pandang dalam menyikapi isi pesan yang disampaikan.
Situasi
Perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungan/situasi. Faktor situasi ini adalah:
  1. Faktor ekologis (iklim atau kondisi alam).
  2. Faktor rancangan dan arsitektural (penaataan ruang).
  3. Faktor temporal, misal keadaan emosi.
  4. Suasana perilaku, misal cara berpakaian dan cara berbicara.
  5. Teknologi.
  6. Faktor sosial, mencakup sistem peran, struktur sosial dan karakteristik sosial individu.
  7. Lingkungan psikososial yaitu persepsi seseorang terhadap lingkungannya.
  8. Stimuli yang mendorong dan memperteguh perilaku. (Lusa, 2009, http://www.lusa.web.id/faktor-yang-mempengaruhi-komunikasi/

d.      Terdapat keterampilan berkomunikasi dalam proses konseling, baik secara verbal maupun non verbal. Anda dipersilahkan merefeksi dan mempersiapkan diri, keterampilan-keterampilan manakah yang cenderung merasa sudah, sedang, dan belum dipersiapkan sebagai calon konselor, disertai alasan masing-masing
Kemampuan Nonverbal :
1.      Dalam gesture tubuh, saya merasa sudah lumayan menunjukan keberminatan bila ada yang mengajak berdiskusi. Saya justru merasa sedikit sulit bila harus menolak orang yang ingin berdiskusi. Dalam proses diskusi langsung biasanya saya menghadapkan badan saya ke arah pembicara (namun juga tidak terlalu condong) dan berusaha bersikap sewajarnya. Namun sering kali saya kikuk bila harus selalu menatap mata pembicara, jika ada kesempatan dan arah obrolannya tidak membutuhkan perhatian ekstra saya terkadang memalingkan mata. Selain itu biasanya saya memunculkan gerakan menyentuh (jika pembicara terebut perempuan) biasanya menyentuh dan mengusap punggung, tangan dan sekitar lututnya (jika pembicara menceritakan hal yang sedih). Dan terkadang saya terlalu ekspresif, pernah suatu ketika kita diskusi dengan teman saya, teman tersebut sampai berkata ‘ekspresinya jangan gitu banget, biasa aja’. Waktu itu saya memperlihatkan ekspresi haru. Sungguh tidak bermaksud sengaja dalam hal tersebut. Pada dasarnya saya memang cenderung orang yang ekspresif, bila merasa kesal tidak perlu berbicara pun orang lain terkadang tahu saya sedang kesal.
Kemampuan Verbal
1.      Saya merasa saya lemah dalam kemampuan verbal, mungkin ini ada sangkut pautnya dengan system kerja syaraf otak saya yang lumayan loading. Terkadang bila membantu merefleksi pernyataan seseorang saya selalu kesulitan. Saya sering merasa ragu untuk berbicara karena takut pernyataan saya salah atau justru menambah buruk suasana. Sering kali saya mengajak teman diskusi saya berputar-putar dahulu sebelum saya mengatakan langsung apa yang saya maksud. Ucapan sering tidak diteruskan. Berbicara dengan banyak basa-basinya.
Kemampuan Paralanguage
1.      Nada suara saya cenderung tinggi (maksudnya volume suaranya keras) dan tegas (terdengar galak). Namun tempo bicara saya biasa-biasa saja dan saya cenderung tidak bisa untuk tidak merespon diam pernyataan seseorang.


Tidak ada komentar: